Sabtu, 30 Juni 2012

Putuskan Pacarmu Sebelum Putus Usiamu



Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya kepadaNya kita memuji, meminta tolong, memohon ampunan, bertaubat dan memohon perlindungan atas kejelekan-kejelekan diri dan amal-amal yang buruk. Barangsiapa yang diberi Allah petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang dapat memberikannya hidayah taufik. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan tiada sekutu baginya. Aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah hambaNya dan UtusanNya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan para sahabatnyaridwanulloh ‘alaihim jami’an.

Adalah suatu hal yang telah menyebar luas dikalangan masyarakat sebuah kebiasaan yang terlarang dalam islam namun sadar tak sadar telah menjadi suatu hal yang sangat sering kita lihat bahkan sebahagian orang menganggapnya adalah suatu hal yang boleh-boleh saja, kebiasan tersebut adalah apa yang disebut sebagaipacaran. Oleh karena itu maka penulis mencoba untuk memaparkan sedikit tinjauan islam tentang hal ini dengan harapan penulis dan pembaca sekalian dapat memahami bagaimana islam memandang pacaran serta kemudian dapat menjauhinya.
Pacaran yang dikenal secara umum adalah suatu jalinan hubungan cinta kasih antara dua orang yang berbeda jenis yang bukan mahrom dengan anggapan sebagai persiapan untuk saling mengenal sebelum akhirnya menikah[1].

Inilah mungkin definisi pacaran yang banyak tersebar dikalangan muda-mudi. Maka atas dasar inilah kebanyakan orang menganggap bahwa hal ini adalah suatu yang boleh-boleh saja, bahkan lebih parahnya lagi dianggap aneh kalau menikah tanpa pacaran terlebih dahulu –wal ‘iyyadzubillah –. Lalu jika demikian bagaimanakah tinjauan islam tentang hal ini? Berikut penulis coba jelaskan sedikit kepada pembaca –sesuai dengan ilmu yang sampai kepada penulis– bagaimana islam memandang pacaran.
Pacaran adalah suatu yang sudah jelas keharamannya dalam islam, dalil tentang hal ini banyak sekali diantaranya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla :
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32).
Ayat ini adalah dalil tegas yang menunjukkan haramnya pacaran.
Berkaitan dengan ayat ini seorang ahli tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah- mengatakan dalam tafsirnya,
“Larangan mendekati suatu perbuatan nilainya lebih daripada semata-mata larangan melakukan suatu perbuatan karena larangan mendekati suatu perbuatan mencakup larangan seluruh hal yang dapat menjadi pembuka/jalan dan dorongan untuk melakukan perbuatan yang dilarang”.

Kemudian Beliau –rahimahullah- menambahkan sebuah kaidah yang penting dalam hal ini,
“Barangsiapa yang mendekati suatu perbuatan yang terlarang maka dikhawatirkan dia terjatuh pada suatu yang dilarang”[2].
Hal senada juga sebelumnya dikatakan penulis Tafsir Jalalain demikian juga Asy Syaukani –rahimahullah- namun Beliau menambahkan, “Jika suatu yang haram itu telah dilarang maka jalan menuju keharaman tersebut juga dilarang dengan melihat maksud pembicaran”[3]. Bahkan diakatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin–rahimahullah-, “termasuk dalam ayat ini larangan melihat wanita yang bukan istrinya (yang tidak halal baginya, pen.), mendengarkan suaranya, menyentuhnya, sama saja apakah ketika itu dia sengaja untuk bersenang-senang dengannya ataupun tidak”[4].

Dari penjelasan para ulama ini jelaslah bahwa pacaran dalam islam hukumnya haram karena pacaran termasuk dalam perkara menuju zina yang Allah haramkan ummat nabiNya untuk mendekatinya.
Jika ada yang mengatakan bahwa pacaran belumlah dapat dikatakan sebagai perbuatan menuju zina, maka kita katakan kepadanya bukankah orang yang paling tahu tentang perkara yang dapat mendekatkan ummatnya ke surga dan menjauhkannya dari api neraka telah mengatakan :
وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَ غَضُّوْا أَبْصَارَكُمْ وَ كَفُّوْا أَيْدِيَكُمْ
“Jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan-pandangan kalian dan tahanlah tangan-tangan kalian”.[5]

Dalam hadits yang mulia ini terdapat perintah untuk menundukkan pandangan dan
hukum asal dari suatu perintah baik itu perintah Allah ‘Azza wa Jalla ataupun perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dan adanya tunututan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dengan segera[6].
Maka jelaslah bahwa pacaran adalah suatu yang diharamkan dalam islam.
Kemudian jika ada yang mengatakan kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal?
Maka kita katakan pada orang yang beralasan demikian dengan jawaban yang singkat namun tegas bukankah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik petunjuk? Bukankah Beliau adalah orang yang paling kasih kepada ummatnya tidak memberikan petunjuk yang demikian? Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, amt berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (At Taubah [9] : 128).

Kata حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ pada ayat di atas ditafsirkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah- berarti bahwa, “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mencintai kebaikan kepada kita ummatnya, mengerahkan seluruh kesungguhannya dalam rangka menyampaikan kebaikan kepada mereka, bersemangat untuk dapat memberikan hidayah (irsyad, pent.) berupa iman kepada mereka,tidak suka jika kejelekan menimpa mereka dan menegerahkan seluruh usahanya untuk menjauhkan mereka dari kejelekan”[7]. Dengan demikian ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kasih pada ummatnya dan paling menginginkan kebaikan untuk mereka namun Beliau tidaklah mengajarkan kepada ummatnya yang demikian. Simak pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِىٌّ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ
“Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumku kecuali wajib baginya menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang dia ketahui untuk umatnya, dan mengingatkan semua kejelekan yang dia ketahui bagi umatnya…”.[8]

Maka hendak kemanakah lari orang yang berpendapat kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal? Bukankah Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan dan mempraktekkan bagaimana tatacara menuju pernikahan? Apakah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan kepada kita cara mencari pasangan hidup dengan pacaran? Wahai pengikut hawa nafsu hendak kemanakah lagi engkau palingkan sesuatu yang telah jelas dan gamblang ini ??!!!

Kalau seandainya yang demikian dapat mengantarkan kepada kebaikan tentulah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah mengajarkannya kepada kita.
Sebagai penutup kami nukilkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang posisi shaf laki-laki dan perempuan dalam sholat, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan :
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama, sejelek-jeleknya adalah yang paling akhir dan Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling akhir, sejelek-jeleknya adalah adalah yang paling awal”.[9]

Maka renungkan wahai saudaraku
apakah lebih layak orang –bukan suami istri­­– yang tidak sedang dalam keadaan beribadah kepada Allah untuk berdekatan, berdua-duan dan bermesra-mesraan serta merasa aman dari perbuatan menuju zina padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia mengatakan yang demikian !!!??
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan :
ما نَهَيتُكُمْ عَنْهُ ، فاجْتَنِبوهُ
“Semua perkara yang aku larang maka jauhilah”[10]
Allahu Ta’ala a’lam bish showaab, mudah-mudahan yang sedikit ini dapat menjadi renungan bagi orang-orang yang masih melakukannya dan bagi kita yang tidak mudah-mudahan Allah jaga anak keturunan kita darinya.

Menjelang malam, 17 Jumadi Tsaniyah 1430/11 Juni 2009.
Abu Halim Budi bin Usman As Sigambali
alhijroh.net

Yang selalu mengharap ampunan Robbnya
[1] Jika tujuannya seperti ini saja terlarang bagaimana jika tidak dengan tujuan yang demikian semisal hanya ingin berbagi rasa duka dan bahagia ??!! Tentulah hukumnya lebih layak untuk dikatakan haram.
[2] Lihat Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan hal. 431 terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut, Libanon.
[3] Lihat Fathul Qodhir hal. 258, terbitan Maktabah Syamilah.
[4] Lihat Syarh Al Kabair hal. 60 terbitan Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut, Lebanon.
[5] HR. Ibnu Khuzaimah no. 91/III, Ibnu Hibban no. 107, Al Hakim no. 358-359/IV, Ahmad no. 323/V, Thobroni no. 49/I dan Baihaqi no. 47/II, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1525.
[6] Lihat Ushul Min Ilmi Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin –rahimahullah- hal. 24 terbitan Darul Aqidah Iskandariyah, Mesir.
[7] Lihat Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan hal. 334 terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut, Libanon.
[8] HR. Muslim no. 1844 dari jalan Ibnu Amr radhiyallahu ‘anhu.
[9] HR. Muslim no. 132 dan lain-lain.
[10] HR. Bukhori no. 7288, Muslim no. 1337.
»»  READ MORE...

Sabtu, 23 Juni 2012

Obat Segala Penyakit

menurut pengalaman pasien

OLEH: SULAIMAN ABDULKARIM AL-MUFARRAJ

Penyakit di zaman ini telah menyebar dan bermacam-macam tidak mengenal tempat, waktu, atau korban, bahkan sebagiannya sangat menyulitkan para dokter dalam mengobatinya, seperti kanker dan sejenisnya sekalipun ada terapi untuk itu. Allah tidak mengirim penyakit melainkan ada obatnya, akan tetapi belum diketahui obatnya karena sebuah hikmah yang agung yang diinginkan Allah . Barangkali termasuk sebab terbesar dan berbagai macam penyakit ini adalah maksiat dan pelanggaran syariat yang dilakukan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling. Oleh sebab itulah beragam penyakit tersebut rnenyerang dan menjangkiti hamba, Allah .berfirman yangartinya:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. AsySyura:30)

Termasuk hikmah belum ditemukan obat atas sebagian penyakit adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya di dunia yang penuh musibah, bencana, dan penyakit. Ketika saya lihat banyak pasien mengerang kesakitan, banyak orang yang membutuhkan pengobatan menahan derita mengetuk setiap pintu dan mengambil semua sebab, hanya saja mereka melewatkan pintu Rabb Al-Arbab, maka kalimat ini saya hadiahkan kepada setiap yang sakit untuk meringankan rintihannya, menghilangkan keluh kesahnya, serta mengobati rasa sakitnya. Wahai anda yang sakit yang sedang merana, wahai anda orang yang resah gelisah, wahai orang yang diuji dengan penyakit lagi buta, semoga keselamatan dilimpahkan pada anda seukuran hebatnya rintihan anda, sebanyak air mata anda yang tertumpah, semoga keselamatan dilimpahkan kepada anda sebanyak ungkapan duka nestapa yang keluar dan bibir anda.

Sakit ini telah memutus hubungan anda dari manusia, dari sehat menjadi sakit, manusia sedang tertawa sementara anda menangis menahan derita. Rasa sakit anda tidak bisa dialihkan sekalipun dengan tidur, betapa sangat anda mengharapkan kesembuhan walau berapapun besarnya biaya yang harus anda keluarkan.

Saudaraku yang sedang sakit, aku tidak ingin menambah lukamu menganga, justru aku ingin memberikan obat mujarab kepadamu. Aku ingin melihat engkau istirahat dengan tenang dengan izin Allah, dari kesakitan selama ini. Sesungguhnya obat yang kumaksud ada dalam sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam yang artinya
“Obatilah orang-orang sakit di antaramu dengan sedekah” (HR. Baihaqi. Hadits mi dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).

Benar saudaraku, sedekahlah obatnya, sedekah dengan niat mencari kesembuhan dari Allah.
Mungkin engkau telah banyak bersedekah, akan tetapi semuanya tidak engkau niatkan agar Allah menyembuhkanmu dari sakit, karena itu cobalah sekarang juga, dan percayalah bahwa Allah akan memberi kesembuhan kepadamu, kenyangkan orang fakir, atau biayai anak yatim, atau dukunglah proyek sosial yang baik atau sedekah jariyah.

Sungguh sedekah itu bisa mengangkat segala penyakit, segala musibah dan malapetaka, banyak orang yang diberi petunjuk oleh Allah telah merasakan hal ini mereka menemukan bahwa pengobatan rohani lebih mujarab daripada obat materi. Rasulullah juga mengobati dengan doa-doa, demikian pula generasi salaf, mereka bersedekah sesuai dengan tingkat sakit dan musibah, mereka menginfakkan sesuatu yang paling berharga dari milik mereka. Jangan pelit dan bakhil terhadap diri sendiri jika engkau memang memiliki harta dan kemudahan. lngatlah kesempatan telah datang.

Dikisahkan bahwa ada seorang bertanya kepada Abdullah bin al Mubarak radhiyallahu’anh tentang sakit yang ia rasakan pada dua lututnya sejak tujuh tahun lalu. Ia telah berusaha mengobatinya dengan segala macam pengobatan, bertanya kepada para dokter tetapi tidak berguna. Ibn al-Mubarak berkata, “Coba kamu gali sumur, karena orang-orang membutuhkannya, aku mengharapkan air bersumber di sana, dan darah (sakit) yang kau derita sembuh karenanya!’ Ia pun segera melakukannya, dan sembuh. (kisah ini disebutkan dalam Shahih AtTarghib).

Dikisahkan, ada seseorang terserang kanker, ia berkeliling dunia mencari obatnya tetapi tidak berhasil juga, kemudian ia bersedekah kepada ibu anak-anak yatim, dan Allah pun memberi kesembuhan padanya.

Kisah lain diceritakan kepadaku oleh pelakuanya sendiri. Ia mengatakan, “Aku punya anak perempuan kecil, ia terserang penyakit di tenggorokannya. Aku membawanya ke rumah sakit dan telah banyak kutanyakan kepada para Dokter, tetapi semuanya tidak berguna. Penyakitnya semakin akut, bahkan hampir saja aku sakit karena sakitnya yang memang benar-benar membingungkan keluarga. Akhirnya kami hanya bisa memberinya suntikan untuk meringankan rasa sakit, dan kami pun berputus asa kecuali dari rahmat Allah.

Suatu saat muncul harapan jalan keluar. Salah seorang shalih menghubungi kami, ia menyebutkan satu hadis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam “Obatilah orang sakitmu dengan sedekah!” Aku bilang kepadanya bahwa telah banyak sedekah yang aku keluarkan. Ia mengatakan, “Bersedekahlah dengan niat untuk kesembuhan putrimu!” Aku pun menuruti. Aku bersedekah dengan sesuatu yang biasa-biasa saja kepada salah satu fakir miskin, tetapi tetap tidak ada perubahan. Aku sampaikan hal itu kepadanya, Ia mengatakan, “Anda termasuk orang berada, punya banyak harta, mestinya sebekah anda sebanding dengan kekayaan anda.”

Maka kali ini aku penuhi mobilku dengan beras, daging ayam, dan banyak hal yang mahal nilainya, kemudian aku bagi-bagikan kepada banyak orang yang membutuhkan, mereka bergembira dengan pemberianku. Demi Allah, aku tidak pernah mengira sebelumnya bahwa suntikan terakhir yang diberikan kepada putriku adalah ketika diberikan kepadanya sebelum sedekahku. Ternyata putriku benar-benar sembuh – segala puji bagi Allah. Maka aku menjadi yakin bahwa sebab terbesar dari kesembuhan putriku adalah sedekah. Sekarang ini putriku telah melewati tiga tahun tanpa merasakan sakit seperti sebelumnya. Sejak saat itulah aku semakin memperbanyak sedekah, terlebih untuk program wakaf sosial umat Islam. Setiap hari aku merasakan kenikrnatan, keberkahan dan sehat wal afiat baik pada harta maupun keluargaku. Aku nasehatkan kepada setiap orang yang sakit agar ia bersedekah dengan sesuatu yang paling berharga dari miliknya. Lakukan berkali-kali hingga Allah memberi kesembuhan sekalipun sekian persen. Aku persaksikan kepada Allah atas kebenaran kisahku, dan Allah sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.

Ada kisah lain yang disampaikan pelakunya langsung kepadaku. Ia berkata, “Saudaraku pergi ke suatu tempat, ia bendiri di salah satu jalan, tiba-tiba ia jatuh pingsan padahal sebelumnya tidak pernah mengeluhkan apapun, seakan-akan ia tenkena peluru nyasar di kepalanya. Kami mengira bahwa ia terkena ain atau kanker ganas, atau pendarahan di otak. Kami membawanya ke banyak rumah sakit, melakukan banyak diagnosa dan penyinaran di kepalanya, akan tetapi hasilnya kepalanya normal-normal saja. Anehnya ia rnengaduh kesakitan yang sangat di kepalanya, sehingga tidak bisa tidur dan tidak sehat beberapa lamanya. Jika sakit di kepalanya datang, ia bahkan tidak bisa bernapas apalagi berbicara.

Aku bertanya kepadanya, “Apakah kamu punya uang untuk aku sedekahkan, banangkali Allah memberi kesembuhan kepadamu?” Ia menjawab, “Ada.’ Maka aku menarik uang dari ATM-nya sejumlah mendekati 7000 real. Aku menghubungi salah seorang shalih yang banyak mengenal orang-orang fakir agar uang tersebut dibagikan kepada mereka. Aku bersumpah demi Allah Yang

Maha Agung, ternyata saudaraku sembuh pada hari itu juga sebelum sedekah itu sampai ke tangan orang-orang fakir. Aku benar-benar yakin bahwa sedekah berpengaruh besar dalam kesembuhannya.

Sekarang ini saudaraku sudah melewati satu tahun penuh sejak sakitnya, dan ia tidak mengeluhkan sakit di kepalanya sama sekali, alhamdulillah. Aku nasehatkan kepada kaum muslimin agar mengobati orang-orang sakit mereka dengan sedekah.

Ada kisah lain, pelakunya menceritakan langsung kepadaku. Ia berkata, Putriku mengeluhkan rasa sakit, demam dan panas tinggi. Ia tidak lagi mau makan. Aku membawanya ke beberapa klinik, tetapi panasnya tetap tidak berubah, bahkan kondisinya cenderung memburuk. Aku masuk rumah dengan bingung tidak tahu harus bagaimana. Istriku berkata kepadaku, “Mungkin kita harus bersedekah untuk kesembuhannya!” Aku langsung mengontak seseorang yang memiliki kedekatan dengan orang-orang miskin. Aku katakan kepadanya, ‘Saya harap anda mau shalat Ashar di masjid untuk mengambil 20 kantong beras, 20 karton daging ayam kemudian membaginya kepada orang orang yang membutuhkan.” Saya bersumpah demi Allah, selang 5 menit setelah saya tutup telephon, tiba-tiba putriku sudah berlarian, bermain, dan melompat-lompat di atas sofa. Ia makan hingga kenyang dan sembuh seratus persen dengan karunia Allah melalui ibadah sedekah. Aku wasiatkan kepada orang-orang agar memperhatikan sedekah untuk tiap penyakit.

Saudaraku, marilah! Pintu telah terbuka, bendera kesehatan ada di depanmu berkibar-kibar, maka rajinlah bersedekah, percayalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Perhatikanlah betapa obat mujarab ini dilalaikan, sehingga orang-orang enggan mengocek isi kantongnya kecuali sedikit untuk sedekah. Setelah itu ia berkeliling dan satu klinik ke klinik lainnya untuk mencari kesembuhan dengan mengeluarkan ribuan atau jutaan dari hartanya. Jika engkau telah mencoba obat ini dan sembuh, maka jadilah setelah itu sebaik-baik orang yang membantu orang lain dengan hartamu.

Tidak hanya mencukupkan diri dengan sedekah untuk sakitmu atau sakitnya keluargamu saja. Jika belum ditadirkan kesembuhan, maka ketahuilah bahwa sejatinya engkau telah sembuh sekalipun beberapa persen. Ulangi dan ulangi lagi sedekah itu dan perbanyaklah sebatas kemampuanmu. Jika masih saja tidak sembuh, maka Allah membuat lama rasa sakitmu karena ada hikmah yang Allah inginkan, atau mungkin juga maksiat yang engkau lakukan menghalangi kesembuhanmu.

Bersegeralah bertaubat, perbanyak doa pada sepertiga malam terakhir.
Adapun anda wahai orang yang diberi nikmat sehat oleh Allah, maka jangan tinggalkan sedekah dengan dalih bahwa anda baik-baik saja. Sebagaimana orang sakit bisa sembuh, begitu pula orang sehat bisa sakit. Dikatakan pencegahan lebih baik dari pada pengobatan. Apakah anda akan menunggu sakit dulu kemudian baru bersedekah? Bersegeralah memperbanyak sedekah! Sedekah adalah ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah. (Faiz) [*]

DAPATKAN KISAH NYATA LAINNYA :)
SILAHKAN KLIK LINK BERIKUT >> http://enkripsi.wordpress.com/kisah-nyata/


Dari qiblati  edisi 7 tahun III
»»  READ MORE...

Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.

Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.

Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta’ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta’ala .

Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.”

Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!”
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.

Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta’ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.

Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.”

Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta’ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.

Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: “Alhamdilillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta’ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.

Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: “Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia.”

Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata: “Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.”

 Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wa sallam yang indah lagi agung:
(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء) “Beruntunglah orang-orang yang asing.” Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.

Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: “Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.

Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka.

Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: “Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat.” Diapun berkata: “Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.

Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.

Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo’a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta’ala ?
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?

Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta’ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.

Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, Apa Yang Membuatku Menangis Bukanlah Ini, Yang Membuatku Menangis Adalah Apa Yang Terjadi Kemudian:

Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab, “tidak mengenal mereka.”

Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.

Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.”

Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta’ala .”
Tahukah anda apa yang dia katakan?

Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata: “Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar’i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo’akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.”
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai.

Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta’ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta’ala .
Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Nabi r bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta’ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. al-Bukhari (5/2137))
Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta’ala , minta dan berdo’alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta’ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta’ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta’ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do’a-do’a kalian.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raf: 126) (AR)*

DAPATKAN KISAH NYATA LAINNYA
SILAHKAN KLIK LINK BERIKUT >> http://enkripsi.wordpress.com/kisah-nyata/


Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

 Dari Kaset Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan)

Sumber : gugundesign.wordpress.com/
»»  READ MORE...

Jumat, 22 Juni 2012

Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, “Aku Mencium Bau Surga!”

Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anha bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda,
“Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya…di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhr RA, ketika perang Uhud ia berkata, “Wah…angin surga, sungguh aku telah mecium bau surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”

Seorang Doktor bercerita kepadaku, “Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya-. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal… tenanglah… sesungguhnya aku mencium bau surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan pada dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, jangan kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium bau surga.’

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. ‘ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta Subhanallahu wa Ta’ala.

Allahu Akbar… apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari… semua kalimat tidak mampu terucap… dan pena telah kering di tangan… aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
 
‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’ (Ibrahim: 27).

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.”
Ia melanjutkan kisahnya,
“Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama.

I. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat.” Ini merupakan tanda-tanda Husnul Khatimah.

II. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

III. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiaannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanallah… sungguh indah kematian seperti ini. Kita bermohon semoga Allah menganugrahkan kita Husnul Khatimah.
Saudara-saudara tercinta… kisah belum selesai…
Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?
Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang ter-larang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan Husnul Khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga.
Ayahnya berkata,
‘Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU’.”
Aku katakan, “Maha benar Allah yang berfirman,
‘Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.’ (Fushshilat: 30-32).”

DAPATKAN KISAH NYATA LAINNYA
SILAHKAN KLIK LINK BERIKUT >> http://enkripsi.wordpress.com/kisah-nyata/


(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN KARYA MUHAMMAD BIN SHALIH AL-QAHTHANI, PENERBIT DARUL HAQ, TELP.021-4701616 sebagai yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir)
alsofwah.or.id
»»  READ MORE...

Ayah..Engkau Lebih Berharga Dari Uang Itu..


Oleh: Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi Hafizhahullah

Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki hutang, dan pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian mengetuk pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu untuknya. Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku telah bersabar lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis, sekarang kamu lihat apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?!
Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata mengalir dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi terhina seperti itu.
Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar ayahku?’
Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.”
Berkata sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah, bergembiralah, semua akan beres.”
Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk hari pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih mementingkan ayahanda dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di lemari pakaiannya. Sang anak masuk ke ruangan lantas berkata kepada pemilik hutang, “Ini pembayaran dari hutang ayahku, nilainya 27 ribu Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami lunasi sisanya segera dalam waktu dekat Insya Allah.”
Di saat itulah, sang ayah menangis dan meminta kepada lelaki itu untuk mengembalikan uang itu kepada putranya, karena ia membutuhkannya, dan dia tidak punya dosa dalam hal ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil uangnya. Lalu melepas kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar tidak menagih ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya secara pribadi.
Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium keningnya seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang itu, segala sesuatu akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan usia kita, dan menganugerahi kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya tidak tahan melihat kejadian tadi, seandainya saya memiliki segala tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya akan membayarkan kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh dari kedua mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.”
Lantas sang ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan karena tangisan haru, menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala cita-citamu.”
Pada hari berikutnya, saat sang anak sedang asyik melaksanakan tugas pekerjaannya, salah seorang sahabatnya yang sudah lama tidak dilihatnya datang menziarahinya. Setelah mengucapkan salam dan bertanya tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya,
“Akhi (saudaraku), kemarin, salah seorang manajer perusahaan memintaku untuk mencarikan seorang laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki akhlak mulia yang juga memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak menemukan seorang pun yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu. Maka apa pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?”
Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan, seraya berkata,
“Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla telah mengabulkannya.”
Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa jalla. Pada waktu pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut melihat kecuali dia merasa tenang dan sangat percaya kepadanya, dan berkata,
“Inilah laki-laki yang tengah kucari.”
Lalu dia bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?”
Dia menjawab, “Mendekati 5 ribu Real.”
Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan surat pengunduran dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua kali gaji sebagai tempat dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan untuk memperbaiki keadaanmu.”
Tidaklah pemuda itu mendengarnya, hingga dia menangis sambil berkata, “Bergembiralah wahai ayahku.”
Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya. Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari sebelumnya. Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Adalah hasil dari labanya pada tahun pertama, tidak kurang dari setengah milyar Real Berbakti kepada kedua orang tua adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan bentuk taqarrub kepada Allah azza wa jalla yang teragung.
Dengan berbakti kepada keduanya rahmat-rahmat akan diturunkan, segala kesukaran akan disingkapkan. Dan Allah azza wa jalla telah mengaitkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan tauhid, Allah azza wa jalla berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Israa’. 23]
Di dalam shahihahin, dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim]
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang atas kalian Uwais bin ‘Amir bersama dengan penduduk Yaman dari Murad kemudian dari Qorn. Dulu dia kena penyakit sopak, kemudian sembuh darinya kecuali selebar koin uang dirham. Dia punya seorang ibu yang dulu dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, pastilah akan dipenuhiNya. Maka jika kamu mampu dia beristighfar untukmu, maka lakukanlah.” [HR. Muslim]
Ini pula Hiwah bin Syuraih, dia adalah salah seorang Imam kaum muslimin dan ulama yang terkenal. Dia duduk pada halaqohnya mengajar manusia. Berbagai thalib (penuntut ilmu) datang kepadanya dari segenap tempat untuk mendengar darinya. Maka suatu ketika ibunya berkata kepadanya, saat dia berada di tengah-tengah muridnya, “Berdirilah wahai Hiwah, beri makan ayam.” Maka dia pun berdiri dan meninggalkan kajian.
Ketahuilah wahai saudaraku yang tercinta, bahwasanya termasuk pintu-pintu sorga adalah Babul Walid (Pintu berbakti kepada orang tua). Maka janganlah kehilangan pintu tersebut, bersungguh-sungguhlah dalam menaati kedua orang tuamu. Demi Allah, baktimu terhadap keduanya termasuk diantara sebab-sebab kebahagiaanmu di dunia akhirat.
Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar memberikan taufik kepadaku dan seluruh kaum muslimin untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya. Wallahu a`lam

DAPATKAN KISAH NYATA LAINNYA :)
SILAHKAN KLIK LINK BERIKUT >> http://enkripsi.wordpress.com/kisah-nyata/


*Kiriman dari Dr.Taufiq Ibn Muhammad Ibrahim, Madinah al-Munawwarah.Jazahullahu ‘anna khairan Sumber : Diketik ulang dari Majalah Qiblati Edisi 3, Tahun V, 12-1430/12-2009, Hal.92-95

sumber : alqiyamah.wordpress.com
»»  READ MORE...

Kisah renungan seorang wanita dan tukan besi

Kisah Renungan Seorang Wanita dan Tukang Besi - Cerita Nyata Islami Ispiratif Mengharukan- Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Si tukang besi keluar untuk melihatnya, pandangannya menubruk pada sesosok wanita cantik yang tak lain adalah tetangganya.

“Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (hifdz al-Nafs), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah?” Tutur wanita itu.

Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik (kemarau). Sawah dan ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan.

“Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaim? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam,” kata tukang besi itu.

Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati wanita itu.

“Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah,” ujar wanita itu lagi sambil berlalu menuju rumahnya.

Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si tukang besi.

Ia akan memberi makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya.

Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke rumah tukang besi itu dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah. Wanita itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk kali ketiga.

Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. “Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku dzalim kepadanya,” tutur tukang besi dalam hatinya. “Ya Allah aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu wanita itu lagi selamanya.”

Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu. Tak lama berselang, kerekek…terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, “Apa keperluanmu datang ke rumahku?”

“Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah,” jawab si tukang besi itu.

“Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah ia dari api di dunia dan akhirat,” tutur wanita itu seraya menengadahkan kedua tanganya ke langit.

Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui wanita itu lagi.

“Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu,” ujar si tukang besi.

Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.

“Ya Allah engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga.” Terdengar suara lirih dari mulut wanita itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud.

Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.

Setiap muslimah mestinya dapat mengambil i’tibar (pelajaran berharga) dari berbagai kisah wanita sholehah yang telah diuraikan di muka. Merekalah yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialisme

Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . .
»»  READ MORE...

Pasca Perang Uhud

Perang Hamro’ul Asad

Peperangan ini termasuk bagian dari Perang . Oleh karenanya sebagian ulama menggabungkan pembahasan perang ini dalam rangkaian Perang Uhud.
Seusai , pasukan kafir Quraisy tidak langsung pulang ke Mekah, mereka berhenti di Hamro’ul Asad dan bermaksud kembali menyerang kaum muslimin di Madinah. Mereka merasa belum memperoleh kemenangan yang sempurna karena tiga tokoh utama pemimpin kaum muslimin –Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu, Umar radhiallahu ‘anhu- masih hidup.
Tatkala Rasulullah mengetahui bahwa musuh berhenti di tengah jalan untuk kembali menyerang, maka beliau memerintahkan para sahabat untuk segera menyusul dan mengejar mereka. Beliau mensyaratkan bahwa yang boleh berangkat adalah para sahabat yang ikut berperang di Uhud adapun orang-orang munafik tidak diperkenankan ikut. Maka bangkitlah para sahabat dalam keadaan kepayahan, rasa sakit dan luka-luka demi menyambut panggilan Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman menggambarkan keadaan mereka:
Orang-orang yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka ditimpa musibah luka-luka, bagi yang berbuat baik di antara mereka dan bertakwa mendapat pahala yang besar.” (QS. Ali-Imron: 172)
Di Hamroul Asad orang-orang kafir Quraisy menakut-nakuti kaum muslimin dengan mengirim seseorang untuk menyampaikan kepada para sahabat bawha Quraisy telah bersatu padu mengumpulkan bala tentara untuk menyerang kalian maka waspadalah dan hendaknya kalian takut terhadap kekuatan mereka. Akan tetapi para sahabat tidak gentar sedikit pun bahkan semakin bertambah keimanan mereka dan semakin yakin akan datangnya pertolongan dan kemenangan dari Allah. Firman Allah:
Orang-orang yang dikatakan kepada mereka sesungguhnya manusia telah berkumpul untuk menyerang kalian maka takutlah kepada mereka akan tetapi mereka menjawab cukuplah Allah penolong kami dan Dia sebaik-baik penolong.” (QS. Ali Imron: 173)
Tatkala orang-orang kafir Quraisy mendengar bahwa Rasulullah dan para sahabat menyusul dan mengejar untuk menyerang mereka, maka mereka takut dan segera mereka berangkat pulang menuju Mekah. Itulah rasa takut yang meliputi tentara Iblis yang tidak memiliki kekuatan mental sedikit pun padahal sebelumnya mereka menakut-nakuti kaum muslimin dengan bala tentaranya yang besar.
Kaum muslimin tinggal di Hamro’ul Asad selama tiga hari. Mereka tidak menemukan musuh. Mereka pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan dan rampasan perang. Setelah itu kedudukan kaum muslimin di Jazirah Arab makin disegani. Itulah firman Allah:
Lalu mereka kembali dengan membawa kemenangan dan nikmat dari Allah berupa rampasan perang sedang mereka tidak ditimpa kejelekan sedikitpun berupa luka dan mereka mengikuti ridho Allah dan Allah memiliki keutamaan yang sangat besar.” (QS. Ali Imran: 174)a
Sesungguhnya keluarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama pasukan kaum muslimin ke Hamro’ul Asad merupakan bukti yang sangat besar yang menunjukkan kesempurnaan beliau, keberanian, ketabahan, dan kesabaran serta tidak menyerah atau menunjukkan rasa lemah dan kalah kepada musuh sedikit pun. Kejadian itu juga merupakan bukti bagusnya siasat beliau dan juga keutamaan para sahabat radhiallahu ‘anhu, mereka taat dan sabar dalam memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya tanpa sedikit pun merasa keberatan padahal mereka masih dirundung musibah kekalahan, sakit, luka-luka, rasa takut, hilangnya kewibawaan mereka di mata musuh dan penderitaan. Maka mereka berhak menjadi wali-wali pilihan kekasih Allah.

Peperangan Setelah Uhud

Dua peperangan dahsyat yakni Perang Badar dan Perang Uhud telah berlalu, namun perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiallahu ‘anhum belum berakhir. Bahkan ini merupakan awal dari perjuangan beliau karena tugas mulia, jihad fi sabilillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat sekitar 8 tahun setelah dua perang tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendakwahi dan memerangi manusia sampai mereka masuk Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan rezeki beliau di bawah naungan pedangnya berupa harta rampasan perang yang disebut ghanimah atau fai. Orang-orang kafir pun bertambah marah, tersiksa, dan dengki. Sebab harta yang mereka kumpulkan jatuh ke tangan kaum muslimin. Bahkan jiwa, anak, dan istri mereka menjadi budak yang diperjualbelikan oleh kaum muslimin sehingga menjadi sia-sia usaha mereka dunia dan akhirat.
Orang-orang kafir ingin hidup aman dan bahagia di atas kekafiran, tanpa tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki hidup seperti itu. Akibatnya mereka hidup di atas kegoncangan, ketakutan, dan tidak aman dari pedang-pedang kaum muslimin. Sebab, satu-satunya kebahagiaan, keamanan, dan keselamatan di dunia dan akhirat adalah tauhid dan berpegang teguh dengan Islam. Hal ini juga karena bumi diwariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum mukminin dan tidak diwariskan kepada orang-orang kafir.
Jika ada pertanyaan, apakah benar orang-orang kafir memiliki hak hidup atau hak asasi? Jawabannya adalah benar. Mereka memiliki hak hidup atau hak asasi yaitu berupa makan, tidur, bekerja, menikah, bersenang-senang, dan lain-lain. Namun hak hidup (baca: hak asasi manusia) mereka yang demikian itu seperti hak hidupnya hewan. Adapun hak kebahagiaan, keselamatan, dan keamanan, mereka tidak berhak memperolehnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang, dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
Seandainya hidup mereka sekadar menyerupai hewan maka sungguh ia merupakan kehinaan yang tiada tara. Lantas bagaimana dengan balasan di akhirat yaitu adzab api neraka sebagaimana disebutkan dalam akhir ayat di atas:
…dan neraka tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)

Delegasi Abu Salamah

Kekalahan kaum muslimin pada Perang Uhud berdampak negatif terhadap kaum muslimin karena musuh bertambah semangat memerangi Madinah.
Pada akhir tahun ke-3 hijriah, sampailah berita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Bani Asad yang dipimpin oleh Thulaihah bersekongkol dengan Bani Hudzail yang dipimpin oleh Khalid bin Sufyan untuk menyerang Madinah.
Sebagai tanggapannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim 150 pasukan perang dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang dipimpin oleh Abu Salamah radhiallahu ‘anhu dan menyerang musuh secara tiba-tiba di mata air milik musuh hingga mereka lari kocar-kacir. Para sahabat pun pulang ke Madinah dengan membawa harta rampasan perang. Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abdullah bin Unais radhiallahu ‘anhu untuk membunuh Khalid bin Sufyan. Maka Zaid radhiallahu ‘anhu pun berangkat dan membunuhnya sebelum Khalid bergerak bersama pasukannya menuju Madinah.
Oleh: Ustadz Abu Hafshoh
Sumber: Majalah Al-Furqon Edisi 11 Tahun ke-9 1431 H/2010 M
Artikel www.KisahMuslim.com


Kata Kunci Terkait: perang uhud, gunung uhud, pejuang uhud, mencium baunya surga, peperangan nabi, uhud, pahlawan uhud
»»  READ MORE...

Nilai Kehidupan

~•*¨*•♥ Bismillahirrahmaanirahiim... ♥•*¨*•~

~•.*♥*.•♥ Nilai Kehidupan...

Selamat Malam, Sahabat fillah.....
Sering kali kita selalu Mengeluh bahwa Hidup ini begitu Berat dan Susah....

Tidak dipungkiri Aku pun salah satunya...
Namun setelah Menyelam Lebih Dalam Lagi, Berkaca terhadap Diri Sendiri dan Kisah orang lain ternyata Hidup ini Tidaklah Susah...

Pengen Bukti...???????

Oke deh inilah Kisah-kisahnya...!!


~•.*♥*.•♥ Silahkan disimak,
Dipahami dan Direnungkan... !!


~•.*♥* Hidup itu ternyata Indah & Sederhana apabila kita menjalaninya dengan Ilmu…

Ada Seseorang saat Melamar Kerja, memungut Sampah Kertas di lantai ke dalam Tong sampah, dan Hal itu Terlihat oleh Peng-interview, dan Dia mendapatkan Pekerjaan tersebut...

~•.♥ Ternyata untuk memperoleh Penghargaan sangat Mudah, Cukup memelihara Kebiasaan yang Baik... (^_^)


~•.*♥* Ada Seorang anak menjadi Murid di Toko Sepeda. Suatu saat ada Seseorang yangmengantarkan Sepeda Rusak untuk diperbaiki di Toko tersebut. Selain memperbaiki Sepeda tersebut, si Anak ini juga Membersihkan Sepeda hingga Bersih
Mengkilap. Murid-murid lain Menertawakan Perbuatannya. Keesokan Hari setelah Sang Empunya Sepeda mengambil sepedanya, si Adik Kecil ditarik/ diambil Kerja di tempatnya...

~•.♥ Ternyata untuk menjadi Orang yang Berhasil sangat Mudah, Cukup punya Inisiatif Sedikit saja dan Wujudkan Hal itu tanpa Keraguan... (^_^)



~•.*♥* Seorang Anak berkata kepada Ibunya : “Ibu, Hari ini Enkau Sangat Cantik.”
Ibu menjawab : “Mengapa ?!”
Anak menjawab : “Karena Hari ini ibu sama sekali Tidak Marah-marah. “

~•.♥ Ternyata untuk memiliki Kecantikan Sangatlah Mudah, hanya perlu Tidak Marah-marah & Menjaga Akhlaqmu... (^_^)


~•.*♥* Seorang Petani menyuruh Anaknya setiap hari Bekerja Giat di sawah.
Temannya berkata : “Tidak perlu menyuruh Anakmu Bekerja Keras, Tanamanmu tetap akan Tumbuh dengan Subur.”
Petani menjawab : “Aku bukan sedang Memupuk Tanamanku, tapi Aku sedang Membina Anakku.”

~•.♥ Ternyata membina Seorang Anak Sangat Mudah, cukup membiarkan Dia Rajin Bekerja... (^_^)


~•.*♥* Seorang Pelatih Bola berkata kepada Muridnya : “Jika sebuah Bola jatuh ke dalam Rerumputan, bagaimana Cara Mencarinya ?!”
Ada yang Menjawab : “Cari Mulai dari bagian Tengah.”
Ada pula yang Menjawab : “Cari di Rerumputan yang Cekung ke Dalam.
Dan ada yang Menjawab : “Cari di rumput yang Paling Tinggi.”
Pelatih memberikan Jawaban yang Paling Tepat : “Setapak demi Setapak Cari dari Ujung rumput Sebelah Sini hingga ke Rumput Sebelah Sana .”

~•.♥ Ternyata Jalan menuju Keberhasilan Sangat Gampang, Cukup melakukan Segala Sesuatunya Setahap demi Setahap secara Berurutan, Jangan Meloncat-loncat ... (^_^)


~•.*♥* Katak yang Tinggal di Sawah berkata kepada Katak yang Tinggal di Pinggir Jalan :
“Tempatmu Terlalu Berbahaya, Tinggallah Denganku.”
Katak di Pinggir Jalan Menjawab : “Aku Sudah Terbiasa, Malas untuk Pindah.”
Beberapa Hari kemudian Katak “Sawah” menjenguk katak “Pinggir Jalan” dan menemukan bahwa Si Katak sudah Mati dilindas Mobil yang Lewat...

~•.♥ Ternyata Sangat Mudah Menggenggam Nasib kita sendiri, Cukup hindari Kemalasan saja... (^_^)


~•.*♥* Ada Segerombolan Orang yang berjalan di Padang Pasir, Semua berjalan dengan Berat, Sangat Menderita, hanya Satu Orang yang berjalan dengan Gembira. Ada yang Bertanya : “Mengapa engkau begitu Santai ?!”
Dia Menjawab sambil Tertawa : “Karena Barang bawaan Saya Sedikit.”

~•.♥ Ternyata Sangat Mudah untuk Memperoleh Kegembiraan, Cukup Tidak Serakah dan Memiliki Secukupnya saja.


Soo... Janganlah Mengeluhkan Hidupmu,
Jika Kau Merasakan Hidupmu itu adalah Suatu ketidakadilan, maka Kau Perlu Belajar dari Kehidupan dan Kau Perlu membenahi Hati juga Akhlaqmu... (^_^)


dengan Iman Hidupmu akan Terarah,
dengan Ilmu Hidupmu akan menjadi Mudah,
dengan Seni (Sentuhan Rohani) Hidupmu akan menjadi Indah,
dan dengan Masalah kita akan menjadi Pribadi yang Lebih Dewasa dan Bijak. . .
 
»»  READ MORE...

Berpuasa Di Bulan Sya'ban


Bulan Sya'ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam pandangan Islam. Hal ini dapat kita ketahui dari sabda Rasulullah Saw. Berikut ini:


Artinya: "Keutamaan bulan Sya'ban atas bulan-bulan yang lain, adalah sebagaimana keutamaanku atas para rasul. Sedangkan keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan yang lain, adalah sebagaimana keutamaan Allah Swt atas hamba-hamba-Nya."


Tentang keutamaan bulan Sya'ban ini, sebagaimana juga yang ditulis oleh Usman bin Hasan Al-Khaibawi dalam kitabnya, Durratun Nasihin, bahwa Nabi Muhammad Saw. Kedatangan Malaikat Jibril untuk memberitahu kepada beliau tentang keutamaan bulan Sya'ban khususnya malam nisfu Sya'ban.

Malaikat Jibril berkata: "HaiMuhammad, pada malam ini pintu-pintu langit dari pintu-pintu rahmat dibuka Maka bangkitlah dan kerjakanlah salat kemudian angkatlah kepalamu serta dua tanganmu ke langit (berdoa). "Nabi Saw. bertanya: "Hai Jibril, apakah artinya malam ini?" Jibril menjawab: "Pada malam ini telah dibuka tiga ratus pintu rahmat, maka Allah Swt. Mengampuni semua orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, kecuali ahli sihir, dukun, orang yang suka bermusuhan, peminum khamar, orang yang selalu melacur atau pemakan harta riba atau orang yng durhaka kepada dua orang tua, orang yang suka beradu domba dan orang yang memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni sehingga mereka bertobat dan meninggalkan perbuatan-perbuatari itu.

Dari hadis di atas, maka hendaklah kita dapat mempergunakan kesempatan baik ini dengan seoptimal mungkin untuk memperbanyak amal saleh dan mendekatkan diri kepada-Nya. Selain bulan Ramadan, beliau paling banyak melakukan puasa di bulan Sya'ban dari pada di bulan-bulan yang lainnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah r.a., sebagai berikut:
Artinya: “Bahwa rasulullah Saw. Melaksanakan ibadah puasa dalam satu bulan tidak seperti yang beliau laksanakan pada bulan sya’ban. Karena beliau melaksanakan puasa pada bulan sya’ban secara utuh. 





Menurut suatu riwayat, dijelaskan bahwa bula sya’ban merupakan suatu bulan dimana seluruh amalan hamba diangkat dan dilaporkan ke hadirat Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Berikut ini :


Artinya: "Allah Swt mengangkat amal-amal hambanya pada bulan ini (sya’ban)”

Dari hadis di atas kiranya dapat dipahami bahwa amal-amal manusia itu dilaporkan ke hadapan Allah Swt. Pada setiap setahun sekali. Oleh karena itu, pada bulan Sya'ban kita dianjurkan berpuasa, dengan harapan bila amal kita dilaporkan ke hadiran Allah bertepatan kita sedang melakukan ibadah puasa sunnah, sebagai bukti atas kebaktian kita kepada-Nya.

Tentang sunnahnya berpuasa di bulan Sya'ban ini sebagaimana keterangan hadis berikut ini :

Artinya: "Barang siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya'ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya'ban serta tiga hari di akhir bulan Sya'ban, maka Allah Taala mencatat baginya seperti pahala tujuh piluh nabi, dan seperti orang beribadah kepada Allah Taala selama tijuh puluh tahun dan apabila dia mati di tahun itu, maka dia sebagai orang yang mati syahid,"





Amalan yang juga sangat baik dilakukan di samping amalan-amalan tersebut, ialah banyak membaca selawat, sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut ini:

Artinya: “ Diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, sesungguhnya Allah Swt. Telah menciptakan lautan cahaya di bawah ‘Arsy, lalu dia ciptakan malaikat yang memiliki dua sayap. Satu sayap ditimur dan sayap lainnya di barat. Sedang kepalanya di bawah ‘Arasy, dan kakinya di bawah bumi ketujuh. Maka ketika seorang hamba membaca selawat kepadaku di bulan sya’ban, Allah memerintahkan malaikat itu untuk berendam dalam air kehidupan, lalu malaikat itu keluar dan mengibas-ngibaskan sayapnya, maka dari sela-sela bulu sayapnya menetes, dan diciptakanlah dari setiap tetesan itu satu malaikat yang memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat".














Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Sayyidina Ali karramallahu wajhah, dijelaskan bahwa, NabiSaw. bersabda:

Artinya: "Jika datang malam nisfu Sya'ban, berjagalah kamu bagun pada malam harinya dan berpuasa (sunah)lah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah mengumandangkan pengumuman-Nya pada malam itu hingga ke langit dunia sejak matahari tenggelam (Isi pengumumannya)): Kelahuilah, siapa-siapa yang meminta akan Aku kasih; ketahuilah, siapa-siapa yang memohon ampunan Aku ampuni; ketahuilah, siapa-siapa yang memohon dikaruniai rezeki Aku karuniai rezeki." Pengumuman seperti itu hingga terbit fajar."





Keutamaan bulan Sya'ban, seharusnya benar-benar dimanfaatkan dengan berbagai amal saleh, tentu hal itu sekaligus juga tak dapat dipisahkan sebagai upaya pemanasan untuk melatih diri menghadapi bulan Ramadhan. Sebagian pendapat mengatakan:

Artinya: "Bulan Rajab itu (kesempatan) untuk menyucikan raga, adapun bulan Sya'ban untuk menyucikan hati dan bulan Ramadhan untuk menyucikan jiwa. Karena orang yang menyucikan raga dibulan Rajab, ia bisa menyucikan hati di bulan Sya'ban. Dan orang yang menyucikan hati di bulan Sya'ban ia dapat menyucikan jiwanya di bulan Ramadhan."



Semoga kita selalu mendapatkan limpahan rahmat, taufik dan petunjuk-Nya, sehingga kita dapat memanfaatkan keutamaan bulan Sya'ban ini dengan sungguh-sungguh, dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin..
»»  READ MORE...